Spasi….

Seindah apa pun huruf terukir, dapatkah Ia bermakna apabila tak ada jeda?
Dapatkah Ia dimengerti jika tak ada spasi?
Bukankah kita baru bisa bergerak jika ada jarak?
Dan saling menyayang bila ada ruang?
Kasih sayang akan membawa dua orang makin berdekatan, tapi Ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu..

Nafas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi..
Darah mengalir deras dengan jantung yang tidak dipakai dua kali..
Jiwa tidaklah dibelah, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah..
Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang..

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat, janganlah saling membendung apabila tak ingin tersandung..
Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring dan bukan digiring..
-DL-
Balikpapan, 28 Agustus 2013
Couple

Pernah ada Masa-Masa

Oleh : Salim A. Fillah

 

Pernah ada masa-masa dalam cinta kita..
Kita lekat bagai api dan kayu..
bersama menyala, saling menghangatkan rasanya..
Hingga terlambat untuk menginsyafi bahwa..
Tak tersisa dari diri-diri selain debu dan abu..

 

Pernah ada waktu-waktu dalam ukhuwah ini..
Kita terlalu akrab bagai awan dan hujan..
Merasa menghias langit, menyuburkan bumi, dan melukis pelangi..
Namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai..

 

Disatu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari..
Mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan di atas iman..
Bahkan saling nasehatpun tak lain bagai dua lilin..
Saling mencahayai, tapi saming-masing habis dimakan api..

 

Ku baca cendekiawan dinasti ming, feng meng long..
Menuliskan sebaitnya dalam “yushi mingyan”..

 

“Bungapun layu jika berlebih diberi rawatan. Willow tumbuh subur meski diabaikan”

 

maka kitapun menjaga jarak dan mengikuti nasihat ‘Ali..

 

“Berkunjunglah hanya sekali-sekali, dengan itu cinta bersemi”

 

Padahal saat itu, kau sedang dalam kesulitan..
Seperti katamu, kau sedang perlu bimbingan..
Maka seolah aku telah membiarkan..
Orang bisu yang merasakan kepahitan..
Menderita sendiri, getir dalam sunyi..
-Ataukah memang sejak dulu begitulah aku ??-

 

Dan sekarang aku merasa bersalah lagi..
seolah hadirku kini cuma untuk menegur..
Hanya mengajukan keberatan, bahkan menyalahkan..
Bukan lagi penguatan, Bukan lagi uluran tangan..
-Kurasa uluran tanganku yang dulupun membuat kita hanya berputar-putar di kubangan yang kau gali itu-

 

Kini aku hanya menangis rindu membaca kisah ini :

Suatu hari Abu Bakr, lelaki tinggi kurus itu menjinjing kainnya..  Terjulak jalannya. Tertampak lututnya. Gemetar tubuhnya.. “Sahabat kalian ini”, kata Sang Nabi pada majelisnya, “Sedang kesal, maka berilah salam padanya dan hiburlah hatinya.. ”

” Antara aku dan putera al Khaththab”, Lirih Abu Bakr.. Dia genggam tangan Nabi, dia tatap mata beliau dalam-dalam.. “Ada kesalahfahaman. Lalu dia marah dan menutup pintu rumah. Kuketuk pintunya, kuucapkan salam berulang kali untuk memohon maafnya, tapi dia tak membukanya, tak menjawabku, dan tak juga memaafkanku.”

Tepat ketika Abu Bkr selesai berkisah ‘Umar datang dengan resah.. “Sungguh aku diutus pada kalian”, Sang Nabi bersabda “Lalu kalian berkata ‘engkau dusta!’, wajah beliau memerah.. Hanya Abu Bakr seorang yang langsung mengiya, “engkau benar!’ Lalu dia membelaku dengan seluruh jiwa dan hartanya. Masihkan kalian tidak takut pada Alloh untuk menyakiti sahabatku ?”

‘Umar berlinang, beristigfar dan berjalan simpuh mendekat. Tapi tangis Abu Bakr lebih keras, air matanya bagai kaca jendela lepas. Katanya, “Tidak Ya Rasulullah.. Tidak.. Ini bukan salahnya.. Demi Alloh, Akulah memang yang keterlaluan.. ” lalu diapun memeluk ‘Umar, menenangkan bahu yang terguncang..

 

Ya Alloh jika kelak mereka berpelukan lagi di sisi-Mu..
Mohon sisakan bagian rengkuhannya untuk kami..
Pada pundak, pada lengan, dan nafas-nafas ini….

577841_151021998393325_673354321_n_large

 

Balikpapan, March 15th 2013
In my desk of my school..
-Dhie-

Bicara Setahun….

Setahun itu cepat..

Sangat cepat.. Tanpa sadar.. Hari ini jatah umurku berkurang lagi satu tahun.. Rasanya baru tahun kemarin di tanggal ini aku mendapatkan doa dan ucapan selamat berkurang umur dari temen-temen.. Yang masih tersimpan di HP hanya 2 sms dari saudariku.. Yang pertama bunyinya begini.. “Hidup ini singkat. Maka, jangan membuatnya lebih singkat lagi dengan sesuatu yang sia-sia.” Indah bukan.. Yang baru-baru ini aku mengetahuinya ternyata itu kata-kata dari Dr. ’Aidh al-Qarni.. Sms yang kedua begini bunyinya.. “Setiap waktu yang telah kita habiskan dalam hidup ini, tidak akan terulang kembali. Namun ada satu hal yang masih tetap bisa kita lakukan, yaitu belajar dari masa lalu untuk hari esok yang lebih baik.. Kita harus selalu menyadari bahwa hidup adalah proses.. Hidup adalah belajar. Tanpa ada batas umur, tanpa ada kata tua.. Jika terjatuh, berdiri lagi.. Jika kalah, mencoba lagi.. Jika gagal, bangkit lagi.. Sampai kapan?? Sampai Alloh memanggil : “Waktunya pulang”..

Begitulah.. Waktu sangat cepat berlalu.. Kalau kata Mushasi “Seribu tahun bagaikan kilatan cahaya.” Benar.. Seperti kilatan cahaya.. Sangat cepat.. Jika melihat langit yang bergemuruh.. Kadang-kadang ada kilat yang menyambar.. Berapa detik kilatan cahaya itu ada ?? Sangat super cepat.. Bahkan kitapun tidak sempat menghitung berapa detik sangking cepatnya bahkan kilatannya lebih cepat dari suara gemuruh langit..

Hidup ini memang tidak terasa.. Aku sering mengenang masa-masa kecilku.. Kadang ada bahagia didalamnya.. Tapi aku rasa lebih banyak rasa sesalnya.. Rasanya senang sekali jika waktu di SD dahulu.. Berlari-larian di lapangan depan rumah.. Main sepedaan juga di lapangan depan rumah.. Kadang-kadang juga ke monumen dan taman kota bareng keluarga.. Bahagia rasanya..

Aku juga sering menyesal.. Karena dulu sempat tergoda untuk menjadi “Bandel” ketika SMP dan berlanjut ke SMA.. Betapa dulu waktu SMP namaku tercatat di “Buku Hitam” sekolah sampai 3 kali..  Hanya karena pake Rok agak sempit dan baju agak pendek.. Yang kedua karena iseng menginjak aqua gelas hingga menghasilkan bunyi yang sangat nyaring dan mengagetkan guru kesenianku.. Dan ketiga, ketangkap ketika berkelahi.. Sampai sekarang kalau mengingatnya aku sangat-sangat menyesal.. Koq bisa sie dulu kayak gitu ??? Astagfirullah…

Waktu itu memang cepat.. Aku masih  ingat ketika 17 Tahun yang lalu saat masih SD.. Bapak dan Mbah sering memberiku hadiah karena aku menjadi juara di kelas.. Aku masih sering senyum-senyum sendiri ketika aku terpilih menjadi anggota paduan suara di sekolah.. Dan aku terpilih untuk bernyanyi dengan nada suara tiga atau suara paling tinggi diantara yang lain.. Saat itu kami bersebelas dalam satu group yang mengantarkan sekolah kami menjadi juara dalam perlombaan antar kota..

Rasanya baru kemarin, ingatan-ingatan yang sering aku menyesalinya..  12 Tahun yang lalu saat masih SMP aku mulai tertarik dengan gitar.. Ketika pertama kali melihat om memainkan gitar, aku jadi ingin bisa memainkannya.. Karena itu aku mulai mempelajarinya melalui omku.. Hingga waktu itu hanya aku dan temenku.. hanya Kami berdua yang cewek, yang memainkan instrumen gitar saat pelajaran musik di sekolah..

Waktu memang sangat cepat.. Aku juga sering menyesal ketika mengingat bagaimana kehidupan 9 tahun yang lalu saat SMA.. Betapa dahulu aku jauh dari Islam.. Bahkan tidak mengenal Islam kecuali pada mata pelajaran Agama Islam di sekolah.. Itu pun tidak aku pahami karena aku belajar ketika akan ujian saja.. Terpaksa aku buka rahasia kebandelanku.. Berlanjut dari SMP yang hobi bermain gitar.. di SMA aku jadi vocalis di band abal-abal punya temen.. hihihihi.. Tidak sampai disitu, aku juga bergabung dengan salah satu comunity motor di kotaku.. Astagfirullah.. Betapa bandelnya aku.. Menghabiskan waktu mudaku dengan hal-hal yang seperti itu.. Tapi, kadang aku bersyukur juga karena bandel ku hanya sebatas itu.. Aku tidak pacaran, sexs bebas, narkoba dll.. Tapi tetep aja.. Dengan ngumpul-ngumpul bareng temen-temen yang pada waktu itu semuanya cowok, aku tetap terkena dosa ikhtilat, tidak menjaga iffah dll.. Allohumagh firlii…

Dan aku sering bersyukur ketika mengingat bagaimana aku tersadar dan berubah secara revolusioner ketika Alloh membuka hatiku untuk kembali kepadaNya.. Bagaimana aku meninggalkan semua yang aku suka band, nyanyi, motor, berenang, temen-temen dll hanya untuk penghambaan total kepada Alloh.. Bukan setengah-setengah tetapi total.. Menutup aurat bukan dengan kerudung dan rok.. Tetapi total dengan Jilbab (Jubah) dan kerudung menutup dada.. Waktu itu saat kuliah, aku pake Jilbab lebar dan kerudung seperut.. Aku masih ingat tatapan aneh temen-temen sekelasku saat pertama kali aku memakainya.. Sebagian yang lain berkomentar “Wah, Subhanalloh” –>> yang komentar kayak gini anak ‘alim.. Ada yang berkomentar “Kamu kayak pake sarung, bu” –>> yang komentar kayak gini Nasrani.. Lalu ada juga yang komentar kayak gini “Wah, bisa juga yah kamu berubah bu.. Langsung panjang-panjang lagi..” –>> yang komentar kayak gini penasaran.. Dengan banyaknya komentar seperti itu, aku makin yakin dengan pilihanku..

Sampai sekarang aku sering miris mengingat betapa sedikitnya amal-amal perbuatanku sementara waktu begitu cepat berlalu.. Sedikit sekali amal kebaikan yang aku perbuat.. Bahkan jujur, ada beberapa temen yang aku sendiri lupa wajahnya.. Apalagi namanya.. Dan aku belum sempat meminta maaf karena kebandelanku waktu SMP dan SMA.. Semoga saja, beliau mau memaafkan semua kesalahan-kesalahan yang aku perbuat pada mereka..

Satu pelajaran dari catatan ringan yang aku buat ini adalah Jangan menyia-nyiakan kesempatan.. Mumpung masih muda, kayaknya lebih baik jika kita berlomba memperbanyak amalan perbuatan baik kita, daripada berlomba-lomba dalam ajang pertunjukan bakat dan lain-lain.. Selagi masih sehat, kita berpacu dengan waktu yang begitu cepat untuk memburu amal shaleh.. Ketika diberi kemudahan oleh Alloh Ta’ala untuk bisa memberikan yang terbaik untuk orang lain, maka lakukanlah sebelum segalanya terlambat..

Memang sih jika bicara umur, mana ada yang tahu (kecuali Alloh Subhanahu wa Ta’ala. tentunya) keberadaan kita di dunia itu berapa lama. Itu sebabnya yang terpenting adalah berlomba memperbanyak ihsanul amal alias amal yang baik, semampu kita. Karena, setahun itu cepat. Kita berpacu dengan waktu. Karena siapa tahu ajal lebih cepat datang kepada kita.

Setahun itu cepat. Semoga saja itu menjadikan kita lebih semangat untuk memikirkan masa depan kita. Semangat untuk memperbaiki diri. Dan semangat mengejar masa depan di dunia dan di akhirat kelak. Mungkin pikir kita, “Kan bisa mengulang!” Ya, memang bisa mengulang, tapi tolong pikirkan bahwa waktu yang kita buang nggak bakalan balik lagi. Setahun, itu terlalu cepat, itu sebabnya sering membuat kita lengah. Tahu-tahu, kita tak berbuat apa-apa selama setahun itu. Sayang sekali bukan?

Maka, resolusi di Umur 23 Tahun ini haruslah menjadi pemacu diriku untuk menjadikan diri ini lebih baik lagi.. Melayakkan diri dan bersungguh-sungguh agar pantas di hadiahi Jannah oleh Pemilik Semesta Alam.. Berpacu pada waktu yang berjalan cepat.. Ngga muluk-muluk koq.. Aku cuma pengen jadi Sholihah, Hapal Al Qur’an sebelum nikah dan sembuh dari penyakit yang menyakitkan ini.. Sederhana khan.. 🙂

 

Balikpapan, 23 Januari 2013  23.07PM

Diatas Kasur di dalam kamarku, karena lagi kumat sakitnya..

-Dhie-

Time...

Sedekah

Ummul Mukminin, Aisyah ra., suatu saat pernah mendapatkan hadiah berupa dua kantong harta berisi masing-masing 100 ribu dirham (total berarti 200 ribu dirham). Sebagaimana diketahui, satu dirham syar’i hari ini setara kira-kira Rp 70 ribu rupiah. Artinya, Aisyah ra. saat itu mendapatkan uang kira-kira Rp 14 miliar (200 ribu x Rp 70 ribu). Mendapatkan uang sebanyak itu, Aisyah ra. tidak lantas bergembira dan bersukacita, lalu menyimpannya atau menghabiskannya untuk kepentingan dan kesenangan dirinya. Sesaat setelah menerima hadiah uang itu, ia malah segera membagi-bagikan uang sebanyak itu kepada fakir miskin. Hanya dalam tempo beberapa jam saja, sejak pagi hingga sore, uang sebanyak Rp 14 miliar rupiah itu ludes disedekahkan semuanya. Tak ada satu dirham pun tersisa bagi dirinya. Padahal hari itu Aisyah ra. sedang berpuasa dan ia tidak tahu kalau hari itu ia tidak memiliki makanan untuk berbuka kecuali amat sedikit. Saat uang itu habis dibagikan menjelang magrib, Aisyah ra. berkata kepada pembantunya, “Coba engkau bawakan makanan untuk saya berbuka.”

Tak lama, pembantunya segera membawakan sepotong roti kering dan sedikit minyak zaitun.

“Adakah makanan yang lebih baik daripada ini?” tanya Aisyah ra.

“Andai tadi engkau menyisakan satu dirham saja, tentu kita dapat membeli sekerat daging,” jawab pembantunya.

“Mengapa engkau baru mengatakan itu sekarang? Andai saja tadi engkau meminta, tentu saya akan memberi kamu satu dirham,” kata Aisyah ra. (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).

Demikianlah. Sepeninggal Baginda Rasulullah saw., dalam posisinya sebagai Ummul Mukminin, Aisyah ra. sering mendapatkan hadiah seperti ini, di antaranya dari Muawiyyah ra., Abdullah bin Umar ra., Zubair ra. dan para Sahabat lainnya. Apalagi saat itu kaum Muslim sering mendapatkan harta yang banyak (ghanimah) karena seringnya mereka meraih kemenangan dalam sejumlah peperangan. Walaupun banyak kaum Muslim saat itu yang memiliki banyak harta, dan sebagiannya banyak dihadiahkan kepada Ummul Mukminin Aisyah ra., Aisyah ra. tetap hidup sederhana.

Dalam kisah lain, sebagaimana dituturkan oleh Urwah ra., Aisyah ra. pernah menyedekahkan harta sebanyak 70 ribu dirham (kira-kira setara Rp 4,9 miliar), sementara saat itu beliau mengenakan pakaian yang amat sederhana bahkan bertambal.

Pada saat lain, Aisyah ra. sedang berpuasa. Selain sepotong roti, pada hari itu tak ada makanan di rumahnya untuk berbuka. Tiba-tiba datanglah seorang lelaki miskin. Ia lalu meminta sedikit makanan kepada Aisyah ra. Aisyah ra. segera memerintahkan pembantunya untuk memberikan sepotong roti itu kepada lelaki miskin tersebut. Pembantunya berkata, “Jika kita memberikan roti ini kepada orang itu, berarti kita tidak memiliki makanan untuk berbuka.”

“Biar saja,” jawab Aisyah ra. “Berikan saja roti itu kepada dia,” tegasnya lagi (Al-Kandahlawi, Fadha-il A’mal, hlm. 679).

*****

Pembaca yang budiman, apa yang terlintas di benak kita saat kita membaca kisah nyata di atas? Perasaan apa yang ada dalam dada kita saat membaca kisah Aisyah ra.—juga kisah-kisah keteladanan para Sahabat ataupun Shahabiyah yang serupa, yang sesungguhnya bertaburan dalam catatan sirah dan sejarah mereka? Saya akan mencoba menduga-duganya.

Pertama: Yang ada pasti sikap takjub. Namun, sebatas itu. Setelah itu, kisah semacam ini akan berlalu begitu saja dari benak dan hati kita tanpa ada pengaruh sedikit pun ke dalam sikap dan tindakan kita. Infak kita tetap biasa saja. Sedekah kita tetap seperti semula; hanya sisa-sisa dari pengeluaran untuk memenuhi keperluan kita sehari-hari.

Kedua: Takjub, tetapi kemudian juga segera berapologi dan membela diri. “Ya, memang keimanan kita jauh sekali dengan para Sahabat Nabi saw. Rasa-rasanya susah kita bisa mencontoh keteladanan mereka.” Barangkali begitu komentar kita. Setelah itu, infak dan sedekah kita pun tak pernah meningkat; biasa-bisa saja seperti semula meski mungkin penghasilan kita terus bertambah. Sebabnya, kita sendiri sudah menegaskan: sulit mencontoh para Sahabat Nabi saw.

Ketiga: Kita takjub, lalu merenung. Namun, kita pun kemudian menimbang-nimbang saat berinfak. Pada akhirnya, mungkin infak dan sedekah kita meningkat sedikit dari sebelumnya karena kita masih bisa beralasan, “Ya, kalau disedekahkah semuanya, gimana untuk memenuhi keperluan kita dan keluarga kita?” Barangkali demikian komentar kita. Kebanyakan kita masih belum yakin dengan rezeki sebagai ketetapan dari Allah SWT. Kebanyakan kita pun masih belum yakin dengan balasan yang berlipat ganda—di dunia dan akhirat—dari amalan sedekah dan infak di jalan Allah SWT. Pada akhirnya, kisah-kisah tentang dahsyatnya infak dan sedekah para Sahabat Nabi saw. tetap sesuatu yang kecil pengaruhnya untuk menguatkan keyakinan sekaligus meledakkan semangat kita untuk melakukan hal yang sama.

Keempat: Takjub dan terharu sekaligus. Akal dan kesadaran kita segera tergugah. Perasaan kita segera bangkit untuk juga melakukan apa yang telah banyak dilakukan dan dicontohkan oleh para Sahabat Nabi saw. dalam hal infak dan sedekah mereka. Tak berlama-lama, kita akan segera mengeluarkan sebagian besar—bukan sebagian kecil—harta dan penghasilan kita untuk infak di jalan Allah SWT dan sedekah bagi fakir miskin. Tak ada lagi waktu untuk menimbang-nimbang. Tak ada masanya lagi untuk berpikir ulang. Dasarnya hanyalah satu keyakinan: Rezeki tak akan berkurang karena sedekah. Sebaliknya, sedekah pasti membawa berkah, selain akan dibalas dengan pahala yang berlipat ganda oleh Allah SWT. Pada akhirnya, kita tak ragu lagi untuk menolong agama Allah SWT ini, juga untuk berbagi dengan kaum dhuafa; tentu tanpa rasa takut jatuh miskin. Bahkan hidup sederhana kini menjadi obsesi kita, sebagaimana yang  telah secara gamblang dicontohkan oleh Ummul Mukminin Aisyah ra. di atas, juga para Sahabat Nabi saw. yang lain, termasuk tentu saja sebagaimana yang dicontohkan oleh Baginda Rasulullah saw. Menjadi kaya tak lagi menjadi orientasi utama. Menumpuk-numpuk harta tak lagi menjadi obsesi  di dalam dada.

Dari keempat tipikal di atas, kita termasuk yang mana?

Wama tawfiqi illa bilLah wa ‘alayhi tawakaltu wa ilayhi unib.

[Arief B. Iskandar]

sedekah-crop

Renungkanlah Wahai Saudara

Bismillahirahmanirrahim….

Kesejukan kasih sayang Nya semoga selalu menerangi hari hari anda denga kebahagiaan,

Saudaraku yang kumuliakan,
iman itu naik dan turun, dan jika sedang saat menurun demikian, ingatlah mati..,

ketika tangan tangan para kekasih mengusung kita dan menurunkan tubuh kita kedalam lahad dengan airmata kesedihan, tahukah keadaan kita?, seluruh tali pengikat kafan dibuka, lalu wajah dibuka dari kafan..

tubuh ditaruh dalam posisi miring menghadap ke kanan yaitu kiblat, lalu punggung kita diganjal batu bata agar tubuh tidak terlentang lagi, yaitu tetap miring menghadap kiblat, dan wajah kita ditempelkan ke dinding kubur, agar terus wajah kita mencium tanah dinding kubur yang lembab itu….

lalu kayu kayu papan ditaruhkan diatas tubuh kita bersandarkan dinding kubur, menutup seluruh tubuh kita agar tanah tidak langsung menimpa tubuh, lalu tanah mulai ditumpahkan diatas tubuh kita..

setelah itu kita sendiri disana…, dalam kesempitan dan kegelapan.., panas.. gelap..

sendiri.. bukan sebulan atau dua bulan, tapi bisa ratusan tahun atau ribuan tahun sendiri..

tak bisa curhat…, tak bisa berhubungan dg siapapun.., tak bisa bergerak kemana mana…, tak ada pemandangan, tak ada warna, yang ada hanya kegelapan dan kegelapan.., menunggu dan menunggu.. ribuan tahun.. sendiri..

yang ditunggu adalah sidang akbar pertanggungan jawab.. harap harap cemas diselingi putus asa dan penyesalan.. itulah yg terus menghantui kita kelak..

ketika mengingat ini maka leburlah segala kekerasan hati, iapun mencair, dan jiwa terpanggil untuk sujud sambil menangis, mengadu pada Allah jika ingat akan hal itu karena hanya Dialah yg melihat keadaan kita saat itu..

hanya Dialah yg ada saat itu.. untuk inilah kita shalat.. agar Dia swt tak melupakan kita saat itu dan mengasihani kita yg telah terbujur kaku didalam tanah lembab ribuan tahun..

Demikian saudaraku yg kumuliakan, semoga dalam kebahagiaan selalu, semoga sukses dg segala cita cita,

Wallahu a’lam

Habib Munzir bin Fuad Al-Musawa

#Aurat, #Jilbab, #Kerudung

1. innalillahi kita hidup di masa Islam serasa bara api, khsususnya bagi wanita | alhamdulillah, mereka tentu dapat pahala lipat-ganda
2. terutama saat #aurat wanita diumbar, seolah bagian dari tuntutan masa | dan yang bersedia menutup #aurat bagai benda museum purba
3. salut buat akhwat kami yang mendekap cinta Allah lebih daripada rongrongan nafsu manusia | yang mengukur mulianya dari #aurat yg dibuka
4. begitulah akhwat kami, yg hanya pd Allah diia takuti, yang dirindukan lelaki pengagum Nabi, dicemburui bidadari surgawi
5. Islam memandang wanita makhluk agung, yang harus terlindung, dengan jilbab dan kerudung | agar terhormat bukan bermaksud memasung
6. karena itulah Rasul menasihati Asma binti Abu Bakar “tak layak wanita yang telah haid terlihat kecuali ini dan ini” (HR Abu Dawud)
7. “ini dan ini” | selagi mengucap, Rasul mengisyaratkan dengan batasan tangan, yaitu wajah dan tangannya, semudah itulah #aurat wanita
8. tak hanya menentukan batas #aurat wanita, Islam pun menuntun wanita tentang cara memilih pakaian penjaga auratnya, kerudung dan jilbab
9. adapun kerudung, Al-Qur’an menyebutnya khimar | dan ia berhak menutup #aurat kepala wanita sampai dengan batas dadanya (QS 24:31)
10. adapun jilbab, begitu sebutan Al-Qur’an, kita mengenalnya baju kurung atau jubah | ia menutup #aurat sampai mata kaki (QS 33:59)
11. namun seringkali Muslim kita rancu, menyamakan antara jilbab sebagai kerudung | padahal keduanya berbeda, tak sekandung 🙂
12. mengenai batasan jilbab, izinkan saya rangkumkan pendapat Ibnu Katsir, Ibnu Mas’ud dan Ibnu Hazm, tentang apa itu jilbab
13. jilbab adalah pakaian penutup tubuh wanita, yg terulur, tidak berpotongan, tidak tembus pandang, dan tidak menampakkan lekuk tubuh
14. “..perempuan anshor keluar seakan-akan dari atas kepala mereka terdapat burung gagak, karena tertutup selimut.” (HR Abu Dawud
15. dari hadits lain juga kita dapatkan bahwa syarat jilbab adalah menutupi mata kaki bagi wanita, tak mengapa bila sampai menyapu jalan
16. dan tambahannya, agar tak terlihat lekuk tubuh saat angin bertiup, atau karena sinar terik, hendaknya wanita juga kenakan mihnah
17. mihnah adl pakaian yg biasa dipakai wanita di rumah, pelapis bagian dalam | dan bila ia keluar rumah, maka jilbab ditutupkan atas mihnah
18. bolehkah jilbab dan kerudung berwarna selain warna gelap? | bila itu tidak menyolok perhatian pria, dipersilahkan oleh syariah
19. perkenankan pula kami sampaikan keuntungan apa yang didapat akhwat kami yang menghormati dirinya dengan menutu[p #auratnya
20. jelas lebih hemat, ringkas dan cepat | tak perlu sanggul yang memakan waktu dan mahal, tak perlu riasan yang risih
21. dengan menutup #aurat, tanda kemajuan peradaban | justru yang tak menutup #aurat tertinggal zaman karena menyamai pakaian zaman batu
22. mana yg akan dipilih pria berakal? | produk yg tersegel yang terlindung ataukah yg telah terbuka? pisang goreng atau lapis legit?
23. ini rahasia | pria yg tertarik pada wanita yang taat pada Allah, pastilah pria itu taat pada Allah pula | mengayomi, mengimami, memimpin
24. you’re so special, limited edition, mungkin anda termasuk yang sedikit dan dianggap aneh | bukankah penghuni surga itu sedikit?
25. aman dari Allah dgn menutup #aurat | ini yg utama | siapa yg merasa aman dari Allah di dunia, Allah janji akan buat dia takut di akhirat
26. subhanallah, camkan peringatan Rasulullah “Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat.. >>
27. kedua, para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring.. >>
28. wanita spt ini takkan masuk surga dan takkan mencium baunya, walaupun baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.” (HR Muslim)
29. betul dengan menutup aurat, mungkin kita akan terasing, namun bukankah Rasul katakan Islam datang dan kembali terasing?
30. begitulah bara api di tangan kita, maka Rasul jamin “Bahkan (pahala mereka berlipat) 50x org diantara kalian (shahabat)” (HR Abu Dawud)
31. Semoga Allah berikan kemudahan bagi akhwat kami tutupkan auratnya, dan istiqamah bagi yg telah melakukan, dan kesabaran bagi semua
32. lebih sedap dipandang, lebih enak dilihat | lebih jauh dari murka dan neraka dan lebih dekat pada surga dan ampunan, tutuplah #aurat
33. dan satu saat dgn bangga anda katakan | “wahai suamiku, Demi Allah, hanya engkau satu-satunya makhluk Allah yg diizinkan saksikan aku”

sumber : Tweet @felixsiauw